Selasa, 31 Mei 2011

Global Warming: Fakta, Perubahan Iklim Dan Efek Rumah Kaca

Tidak ada isu yang lebih global daripada pemanasan global: setiap orang di Bumi berbagi atmosfer yang sama. Ada tujuh fakta yang hampir tidak terbantahkan tentang pemanasan: (1) Bumi sedang memanas—sekitar 1 derajat Fahrenheit (0,6 derajat Celcius) pada akhir abad lalu; (2) bahkan perubahan yang kecil saja pada temperatur dapat mempunyai efek yang besar; (3) tingkat pemanasan ini belum pernah terjadi, bahkan selama jutaan tahun; (4) ketinggian air laut meningkat—empat sampai delapan inci (sepuluh sampai dua puluh sentimeter) pada akhir abad lalu; (5) perubahan kecil pada ketinggian air laut menghasilkan efek yang besar—misalnya, satu meter kenaikan dapat membanjiri area rendah di seluruh dunia, dari Florida hingga Bangladesh; (6) telah terjadi peningkatan yang sangat besar dari gas-gas yang menimbulkan efek rumah kaca di atmosfer kita, pada tingkat yang diperkirakan tertinggi selama 20 juta tahun dan telah meningkat dengan kecepatan tinggi selama paling tidak 20.000 tahun belakangan ini; dan (7) sangat mungkin kecepatan kenaikan suhu dapat meningkat, dengan sedikit peningkatan konsentrasi gas-gas rumahkaca mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada cuaca dibandingkan pada tahun-tahun belakangan ini.’

Semua ilmuwan sepakat bahwa gas-gas efek rumah kaca telah
berkontribusi pada pemanasan global dan peningkatan ketinggian air laut, dan mereka percaya bahwa kebanyakan adalah hasil aktivitas manusia (80% dari bahan bakar minyak, 20% dari penggundulan hutan). Banyak ilmuwan juga percaya bahwa terjadi pemanasan yang lebih signifikan lagi—antara 2,5 hingga 10,4 derajat Fahrenheit (1,4 hingga 5,8 derajat Celcius) pada akhir abad ini, dan peningkatan ketinggian air laut dari delapan puluh sentimeter hingga satu meter. Para ahli mengatakan akan terjadi lebih banyak dampak kemarau dan banjir, angin siklon dan badai, dan iklim fundamental di Eropa berubah secara drastis, karena Gulf Stream atau arus teluk—yang merupakan gelombang panas di pesisir timur Amerika Utara yang saat ini memengaruhinya—berubah arah.

Sebagian Bangladesh adalah delta yang berada di tempat yang rendah, yang sangat cocok untuk menanam padi tetapi mudah dipengaruhi oleh perubahan kecil ketinggian air laut, dan sering dipengaruhi oleh badai yang merusak dan membahayakan. Jika badai-badai tersebut menjadi lebih sering terjadi sebagai akibat dari pemanasan global, maka kematian meningkat. Peningkatan ketinggian air laut akan menyebabkan sepertiga dari negara tersebut—dan setengah dari lahan untuk menanam padi—tenggelam, dan 145 juta warga Bangladesh menjadi lebih sengsara daripada saat ini. Pendapatan mereka, yang sedikit lebih tinggi di atas pendapatan minimum, akan terpuruk lebih rendah lagi.

Bangladesh bukan satu-satunya negara yang menderita karena pemanasan global. Berdasarkan prediksi yang dapat dipercaya, Kepulauan Maladewa, negara kecil dengan 1.200 pulau di Samudra Hindia dengan jumlah penduduk 330.000 jiwa—sebuah surga tropis—akan tenggelam total pada waktu kurang dari lima puluh tahun. Bersama dengan banyak pulau yang lebih rendah yang berada di Laut Pasifik dan di mana pun, mereka akan hilang—Atlantis pada abad ke-21.

Bangladesh dan Kepulauan Maladewa menghadapi nasib yang jauh lebih buruk daripada perang. Sebuah kekuatan di luar kontrol mereka, yang digerakkan oleh tindakan orang lain yang berakibat polusi—tindakan yang tidak bermaksud membahayakan orang lain, tetapi efeknya global dan berbahaya—mengancam keberadaan mereka.

Sementara konsensus ilmiah tentang pemanasan global mulai timbul, tetap ada beberapa ketidakpastian. Hal ini mungkin tidak akan seburuk ramalan-ramalan yang mengerikan. Tapi di lain pihak, mungkin saja yang terjadi justru jauh lebih buruk. Tidak berbeda dengan kehidupan, kita selalu harus membuat keputusan berdasarkan informasi yang tidak sempurna. Jika lima puluh atau tujuh puluh tahun dari sekarang, kutub es mencair dan sebagian New York dan London berada di bawah air, bersama dengan beberapa negara kepulauan, maka sudah terlambat untuk mengubahnya. Bahkan jika kita dengan segera mengurangi emisi gas kita, konsentrasi atmosfer atau gas-gas efek rumah kaca hanya akan berkurang sangat perlahan. Hal ini adalah alasan mengapa kita perlu mulai merencanakan dan bertindak segera: akan jauh lebih balk untuk merencanakan skenario terburuk daripada menunggu dan akhirnya sadar bahwa kita ternyata tidak cukup berjuang mencegahnya.

Selagi kita memikirkan usaha, metode, tips apa yang dunia dapat mengumpulkan segenap kekuatan dan sumber daya untuk mengatasi ancaman pemanasan global, kita seharusnya tahu bahwa mobilisasi seperti ini telah dilakukan sebelumnya. Pada 1946, dalam menghadapi kelangkaan ikan paus, The International Convention for the Regulation of Whaling ditandatangani. Kesepakatan dibuat, tanpa menghiraukan protes, dan jumlah populasi ikan paus kembali normal. Kesepakatan lain tentang gas chloro/luorocarbon (CFCs) yang biasanya digunakan untuk pendingin lemari es dan air-conditioner—yang diketahui merusak lapisan ozon dan menyebabkan kanker—meningkatkan radiasi ultraviolet untuk memasuki atmosfer. Reaksi komunitas internasional bergerak cepat. Membutuhkan waktu satu dekade antara penemuan masalah dan penandatanganan kesepakatan pada 1987, Montreal Protocol. Konvensi berlangsung sukses dan pemusnahan CFCs berlangsung lebih cepat daripada yang diperkirakan.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa komunitas internasional pada masa lalu telah dapat menanggapi bahaya lingkungan hidup global. Dapatkah mereka menanggapi tantangan besar yang dihasilkan oleh pemanasan global?

Perubahan Iklim Global
Pengertian perubahan iklim global pada prinsipnya adalah naiknya gas-gas karbondioksida, gas metan, dan gas-gas lain pada beberapa dekade ini. Gas-gas tersebut secara normal, yang berada dalam jumlah kecil di atmosfer, dapat meneruskan cahaya matahari sehingga menghangatkan permukaan bumi. Namun, gas-gas tersebut beserta uap air menahan pantulan energi panas dari bumi sehingga memperlambat pengeluaran panas bumi ke angkasa.
Gas-gas ini dikenal dengan sebutan gas-gas rumah kaca karena mereka berfungsi seperti kaca yang meneruskan cahaya matahari, tetapi menangkap energi panas dari dalamnya. Semakin tebal konsentrasi gasnya, semakin banyak panas bumi yang tertahan di permukaan sehingga meningkatkan suhu udara yang dekat dengan permukaan bumi. Efek rumah kaca sangat penting dalam memelihara kehidupan, tanpa adanya efek ini maka suhu permukaan bumi akan turun drastis.

Efek rumah kaca sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan di bumi. Tanpa efek rumah kaca, maka suhu di muka bumi akan turun drastis. Namun, kini para ilmuwan percaya bahwa akibat kegiatan manusia konsentrasi gas-gas rumah kaca telah bertambah banyak, sehingga sudah mempengaruhi iklim di bumi. Perubahan iklim global diartikan sebagai serangkaian ciri-ciri iklim yang sedang berubah saat ini, termasuk pola-pola curah hujan dan angin, dan perubahan ini akan torus berlanjut di masa depan. Secara global konsenterasi karbon dioksida (CO,), metan, dan gas- gas lainnya terus meningkat, terutama akibat penggunaan bahan bakar fosil batu bara, minyak, dan gas alam. Pembalakan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan penggunaan kayu bakar untuk penghangat dan memasak, khususnya di daerah tropika, juga punya andil terhadap kenaikan konsentrasi CO,. Walaupun komitmen internasional sebagaimana disepakati oleh sebagian besar negara dalam konferensi Kyoto 1997 mengenai perubahan iklim untuk mengurangi produksi CO, akan segera dilaksanakan, hanya ada sedikit pengurangan kadar karbon dioksida di atmosfer yang terjadi saat ini. Sebabnya, setiap molekul CO, yang ada di atmosfer akan ditahan rata-rata 100 tahun oleh atmosfer tersebut, sebelum dapat diserap/dinetralisir oleh tumbuhan dan berbagai proses biogeokimia. Dengan demikian, kadar karbon dioksida di udara akan terus meningkat, paling tidak dalam jangka pendek ini.

Salah satu negara penyumbang terbesar dalam percepatan efek rumah kaca adalah Amerika Serikat disusul oleh Cina dan Indonesia. Negara Indonesia menjadi penyumbang ketiga terbesar karena kontribusinya terhadap “deforestasi” seperti pembalakan hutan dan kebakaran hutannya. Tercatat hingga tahun ini lebih dari 3.000 hot spot di hutan yang ada di Indonesia. Beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, bahkan mengajukan protes secara resmi akibat pembakaran hutan yang menimbulkan polusi asap di negara tersebut. Saat ini, para ahli percaya bahwa kenaikan kadar gas-gas rumah kaca telah mempengaruhi ekosistem dan iklim dunia, dan tampaknya efek tersebut akan terns meningkat pada masa yang akan datang. Berdasarkan bukti-bukti yang ada diperoleh kesimpulan bahwa suhu permukaan global telah meningkat sebesar 0,6°C dalam satu abad terakhir, dan suhu air laut juga meningkat rata-rata sebesar 0,06″ C selama lebih dari 50 tahun terakhir.

Para ahli klimatologi tampaknya sepakat bahwa akibat peningkatan kadar CO, dan gas-gas lainnya, suhu bumi akan meningkat terus. Peningkatan itu akan bertambah besar jika kadar karbon diokdisa meningkat lebih cepat daripada yang diperhitungkan selama Mi. Sebaliknya, laju peningkatan suhu dapat juga berkurang, jika semua negara mengurangi emisi gas-gas rumah kaca dalam waktu dekat. Peningkatan suhu paling tinggi terjadi di daerah garis lintang tinggi dan benua yang luas. Secara global, curah hujan akan meningkat, tetapi perubahan-perubahan curah hujan akan bervariasi, tergantung wilayah. Mungkin ada beberapa wilayah yang mengalami penurunan curah hujan. Juga mungkin akan terjadi peningkatan cuaca yang ekstrem seperti angin topan, banjir, dan kekeringan tingkat wilayah yang terkait dengan pemanasan global ini. Perubahan iklim global mengakibatkan iklim di utara dan selatan zona iklim sedang akan bergeser ke arah kutub. Diperkirakan lebih dari 10% tumbuhan di banyak daerah di Amerika Serikat tidak dapat bertahan hidup terhadap kondisi iklim baru yang lebih hangat. Jika mereka tak dapat bermigrasi ke lokasi baru, maka mereka akan punah. Fragmentasi habitat akibat kegiatan manusia dapat memperlambat atau mencegah berbagai spesies untuk bermigrasi ke daerah baru, yang habitatnya lebih cocok. Tidak diragukan lagi bahwa banyak spesies yang terbatas distribusinya dan/ atau kemampuan menyebarnya rendah akan punah; sementara spesies yang luas penyebarannya dan mudah berpindah akan dapat menyesuaikan di komunitas baru. Jika spesies dominan tidak dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi, seluruh komunitas biologi dapat berubah atau menurun.

Sejak pemerintah dan publik menyadari implikasi perubahan iklim terhadap kesejahteraan manusia dan lingkungan, lahirlah gerakan kuat untuk mengurangi pengeluaran karbon dioksida dan gas-gas rumah kaca. Kesepakatan utama yang mengatur masalah ini adalah Protokol Kyoto 1997, yang disepakati oleh negaranegara anggota untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sayang sekali, Amerika Serikat, tidak sepakat dengan ketentuan-ketentuan dalam kesepakatan itu. Tahun ini akan ada pertemuan lanjutan di Indonesia yang direncanakan di Bali yang akan mengagendakan tentang pemanasan global. Salah satu isu yang hangat saat ini dan banyak dijadikan ajang bisnis oleh para broker adalah penjualan karbon (carbon sink). Mereka memanfaatkan konvensi yang digagas PBB kepada negara-negara maju yang berkontribusi terhadap peningkatan global warming untuk membeli karbon dari negara-negara berkembang yang memiliki hutan tropis. Bahkan di Jepang, sebagaian kelompok orang sudah melakukan konpensasi dari aktivitas kesehariannya (seperti emisi dari kendaraan roda empat dan pesawat) terhadap pengrusakan karbon dengan membeli tanaman/tumbuhan secara berkelompok dan menanamnya di daerah-daerah hutan tropis.

Sayangnya, selama 100 tahun terakhir ini, tingkat gas-gas tersebut semakin meningkat tajam. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan penggunaan sumber energi fosil seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam. Adanya penggundulan dan pembakaran hutan untuk tanah pertanian menjadi penyebab berikutnya. Apabila suhu ini berubah di kawasan laut yang luas seperti di kawasan Pasifik, akibatnya akan terlihat di kawasan-kawasan sekitarnya seperti di Asia Tenggara, Pasifik, dan sampai Amerika Selatan.

Perubahan iklim global dan kenaikan konsentrasi karbondioksida di atmosfer mempunyai kemampuan untuk secara radikal mengubah komunitas biologi dengan cara menyaring jenis-jenis yang dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru. Telah ada bukti-bukti yang memperlihatkan bahwa proses perubahan ini tengah berlangsung. Oleh karena itu, perubahan iklim global dapat mempengaruhi keadaan alam secara keseluruhan, komunitas biologi, fungsi ekosistem, dan iklim, harus selalu dimonitor. Walaupun demikian, jangan sampai kekhawatiran mengenai perubahan iklim dapat menarik perhatian kita terhadap masalah perusakan habitat yang merupakan penyebab utama kepunahan jenis.

Penggundulan dan pembakaran hutan untuk tanah pertanian dan penggunaan kayu bakar untuk konsumsi rumah tangga juga memberikan sumbangan bagi kenaikan konsentrasi karbondioksida. Konsentrasi karbondioksida di atmosfer telah naik dari 290 ppm menjadi 350 ppm selama 100 tahun terakhir ini, dan diperkirakan akan mencapai 400-550 ppm pada tahun 2030.

Walaupun telah dilakukan usaha besar-besaran untuk menurunkan produksi karbondioksida, konsentrasi di atmosfer hanya akan berkurang sedikit sekali, karena molekul karbondioksida bertahan selama 100 tahun di udara sebelum akhirnya diambil oleh tumbuhan atau dihilangkan oleh proses geokimia. Dengan demikian, kadar karbondioksida di udara akan semakin meningkat sejalan dengan adanya kebakaran yang sangat besar dan pertambahan kendaraan bermotor di seluruh dunia.

Para ahli menganggap, kenaikan tingkat gas rumah kaca telah menyebabkan perubahan iklim dunia. Mau tidak mau efek ini akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Jones dan Wingley, pada tahun 1990, membuktikan bahwa suhu bumi telah meningkat sebesar 0,5° C selama abad kedua puluh. Semakin banyak ahli meteorologi sepakat bahwa suhu bumi akan meningkat sebesar 2″-6°C selama abad kedua puluh, satu sebagai akibat naiknya kadar karbondioksida dan gas-gas lain di atmosfer. Dan kemungkinan besar, kebanyakan jenis biota tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan suhu bumi yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Kecepatan perubahan suhu bumi tersebut terjadi lebih cepat dari perubahan yang disebabkan oleh alam pada waktu kebudayaan manusia belum berkembang.
Walaupun perubahan iklim global secara terperinci masih diperdebatkan oleh para ahli, efek kenaikan suhu terhadap komunitas biologi tidak diragukan lagi. Misalnya, zona iklim pada daerah beriklim sedang di belahan bumi utara dan selatan akan berpindah ke kutub utara dan selatan.

Pustaka
- Making Globalization Work
- Melestarikan alam Indonesia Oleh Jatna Supriatna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar